Sifat dari iman itu fluktuatif

[Keep the Faith]

Bersama Ustadz Hanan Attaki, Lc
Di Masjid Agung Sunda Kelapa  20/08/2017 12:30 pm

Sifat dari iman itu fluktuatif. Gausah iman, perasaan cinta juga gitu. Kadang menggebu-gebu, kadang ada masanya bete, surut. ????

Allah itu gak pernah jahil sama kita. Gak pernah ga sayang sama kita. Ga pernah benci sama kita. Kitanya aja yang gak paham maksud Allah apa.

Gimana caranya biar hubungan sama kita selalu excited?
Sering-sering aja kita "WA-an" sama Allah. WA dulu 100 ayat, kalau gak sanggup 10 ayat deh. Kalau habis bangun tidur coba langsung nyentuh AL Quran, baca beberapa ayat, coba jauhkan HP sebentar.

Pernah ngerasa gak grup WA sepi? Atau tiba-tiba left group gitu aja? Pasti kita bertanya-tanya ada apa. Kita pasti nanya, "Kok gini ya, kenapa?"

Kita sering mempertanyakan hubungan kita dengan manusia, tapi apakah sering mempertanyakan hubungan kita dengan Allah? Apakah kita memiliki kepekaan yang sama dengan Allah sebagaimana dengan teman-teman kita? - Ust. HA

Gak mungkin kita bisa baik dengan manusia kalau hubungan kita dengan Allah aja amburadul.

Kenapa ya hari ini saya bete banget? Kenapa ya gak enak banget hari ini? Kenapa ya? Kenapa ya? Q.S Al Ma'arij  ayat 20--21. Maka jawabannya perbaiki hubungan kita dengan Allah. Perbaiki shalat kita.

Mungkin karena shalat kita hanya sebagai penggugur kewajiban semata, kita merasakan kita. Mungkin karena shalat kita hanya basa-basi belaka, kita merasakan itu. Mungkin karena lisan dan hati kita lalai mengingat Allah, tersibukkan oleh dunia, kita merasakan itu.

Kisah-kisah dalam bentuk apapun akan membuat kita termotivasi untuk menjadi apa yang menjadi tajuk utama di cerita tersebut. Cerita memiliki pengaruh, ibrah, atsar (Q.S Al Qashash).

Story behind turunnya Q.S Yusuf itu karena sahabat Rasulullah saw. bosen baca Al Quran soal ayat-ayat perintah dan larangan. Bosen itu wajar. Manusiawi banget. Para sahabat merasa monoton. Akhirnya para sahabat bertanya pada Rasulullah apakah ada ayat jenis lain. Lalu, setelah itu Allah turunkan Q.S Yusuf untuk dijadikan pelajaran secara universal.

Kalau kisah, pasti universal. Kita bisa mengambil pelajaran oleh siapa saja. Tanpa harus mengedepankan mazhab kita apa, firqah kita apa, dan lain halnya. Kita tidak akan menemukan perdebatan dalam mengambil pelajaran dari kisah-kisah orang-orang pilihan Allah.

Makin rajin ngaji, makin baik pula akhlak. -Ust. HA

Umar bin Khattab memiliki hobi mendengar kisah. Ia pasti meminta nasihat dari orang-orang yang ia pandang lebih senior dalam urusan keimanan.

*...mengambil ibrah dari kisah ketika Umar bin Khattab bertemu dengan bapak dan anaknya yang sangat akrab. Bapak itu sebelum pergi berjihad, ditahan istrinya yang sedang hamil untuk meminta izin tidak ikut perang. Akan tetapi ia dengan berat hati ikut berperang dan sebelum ia pergi, ia mengelus perut istrinya seraya berdoa agar Allah menjaga anak yang ia titipkan pada-Nya. Beberapa waktu kemudian, bapak itu mendengar kabar istrinya meninggal. Ia meminta izin dan bergegas pergi ke Madinah menuju rumahnya. Akhirnya, ia pergi ke makam istrinya. Di sana ia dapati kuburan istrinya berasap, lalu ia bertanya-tanya dengan warga sekitar.  Warga seluruhnya menjawab bahwa istrinya wanita yang shalihah dan menjaga dirinya dari dosa. Akhirnya, mereka pun membongkar kuburannya dan menemukan istri beliau dalam keadaan duduk menggendong anaknya yang masih hidup. Bapak tersebut beristighfar, lalu ditanya padahal ia tidak melakukan dosa. "Sesungguhnya aku berburuk sangka kepada Allah. Ketika aku megekus perut istriku, aku hanya menitipkan bayiku kepada Allah. Aku pikir karena bayi itu makhluk yang lemah ia tidak bisa menjaga diri, kupikir orang dewasa bisa menjaga dirinya sendiri. Ternyata, aku telah berburuk sangka pada Allah."...*

Allah itu tergantung prasangka hamba-Nya.

*....mengambil ibrah dari kisah pemimpin yang tingkat keimanannya 100% hingga ketika ia berdoa Allah akan bantu dirinya. Ketika itu, Amr bin 'Ash yang memimpin Alexandria di Mesir. Waktu itu sungai Nil hampir mengering, lalu ia mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab di Madinah agar ia mengirimkan doa untuk paceklik di Mesir. Lalu, setelah itu sungai Nil kembali seperti biasa....*

Beristighfar adalah satu cara untuk mempermudah menggapai impian kita. Dengan istighfar, Allah akan mudahkan dan bukakan jalan bagi kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang shaleh. Sebab dengan cara itu barangkali hisab kita di hari akhir nanti dipermudah karenanya atas izin Allah. Sebab teman yang shaleh mampu memberikan syafaat untuk temannya yang ia cintai.

"Kadang ada jalan dari Allah yang kita yang ga ngerti. Bisa. Istighfar terus menerus. Berusaha di jalan Allah Azza wa Jala." -Ust. HA

*...mengambil ibrah dari kisah seorang ulama Ibrahim Al Asham (diberi nama Al Asham karena benar-benar terjaga). Beliau adalah seorang yang miskin. Ia sering melepas kepergian orang-orang berhaji. Ia didapati oleh putrinya sedang menangis di pojokan. Putrinya mengerti kenapa ayahnya menangis, sebab ayahnya ingin sekali pergi berhaji. Suatu ketika terjadilah dialog di antara mereka, "Ayah, kenapa engkau menangis?" tanya putrinya. "Aku ingin sekali pergi berhaji, tapi bagaimana mungkin aku meninggalkan kalian? Siapa yang akan menafkahi kalian?" ayahnya bertanya balik. "Ayah, apa Ayah seorang pemakan rizki atau pemberi rizki?" "Tentu saja pemakan rizki seperti kamu." "Maka untuk apa aku harus khawatir sedang Yang Maha Pemberi Rizki tidak pernah meninggalkan kami? Pergilah berhaji ayah." Lalu, kisah ini berlanjut hingga keluarga mereka didatangi pasukan pangeran yang sedang membutuhkan air. Hingga akhirnya pangeran memerintahkan para menterinya agar mengeluarkan barang terbaik mereka untuk diserahkan pada keluarga Ibrahim al Asham....*

"Temen-temen jangan takut nikah karena belum mapan. Nikahlah maka Allah mapankan." -Ust. HA

"Doa itu gak ada mentoknya. Doa aja terus." - Ust. HA

"Kita hanya yakin apa yang ada di tangan kita, tapi enggan untuk yakin apa yang ada di tangan Allah. Makanya hidup kita gitu-gitu aja. Percaya deh sama Allah." -Ust. HA

Maka titipkanlah nasib kita kepada Allah. Intinya yakin. Yakin. Yakin. Yakin. Allah pasti berikan anugerah dan kebaikan dalam hidup kita, asal kita mau yakin 100% sama Allah. Allah pasti cukupi kebutuhan kita. Pasti. Itu janji Allah.

Masalah kita itu kita gak yakin seolah-olah apa yang di tangan Allah itu ada. Padahal jauh lebih nyata apa yang ada di tangan Allah karena gak bisa dicopet,  ga bisa hilang. Allah gak pengen nunjukin fisiknya rizki dengan mata telanjang kita, sebab Allah pengen kita lihat dengan mata bathin. Dengan iman. Bashirah. Dengan tazkiyatun nasf.  Bukan dengan pemahaman pikiran, tapi pemahaman hati.

Kalau kita ridha terhadap suatu musibah, Allah pasti bakal ganti dengan hal yang jauh lebih baik. Beyond our expectation. Ketika kita dapat musibah, itu bukan hanya antara kita dengan sekitar, tapi juga dengan Allah. Maka angkatlah tangan kita sebagai wujud penyerahan diri terhadap ketentuan Allah. "Ya Allah, berikan hamba sesuatu yang lebih baik atas musibah ini," inilah doa yang diajarkan Rasulullah saw. ketika kita tertimpa musibah.

Ketika kita berada di titik terendah, fisik kita mungkin terasa lemah akan tetapi pada saat itu spiritual kita berada di puncaknya. Maka gunakan waktu itu untuk senantiasa bermesraan dengan Allah. Ini kesempatan terbaik kita untuk kembali kepada Allah Azza wa Jala.

Fitrah manusia itu selalu ingin berdekat-dekat dengan Tuhan. Ketika kita ditimpa musibah, nama yang kita sebut selain (paling banyak) ialah ibu, pasti Tuhan. Pasti kita melisankan asma Allah. Minimal, "Oh my god!"

Meeting point ketka hari akhir di padang Mahsyar ialah Palestina, Al Quds. Hari yang mana touring sangat heboh. Hari ketika bumi yang lama diganti dengan bumi Mahsyar (ardhul mashyar, Q.S Ibrahim ayat-ayat akhir). Hari ketika hanya ada satu daratan (bumi) yang milyaran kali lebih besar dari bumi sekarang dan hanya ada satu matahari dan dekat sekali dengan kita.

Di surga gak ada jomblo. Semua dapat pasangan. Di dalamnya ada rumah yang tidak ada teriakan sekecil apapun.

Ikut ta'lim itu bukan karena kita lebih baik dari dia. Bukan karena kita yang di surga yang lain di neraka. Ikut ta'lim itu karena kita butuh nasihat, butuh nge-boost keimanan kita. Kita ikut ta'lim karena mencari nasihat untuk diri sendiri bukan untuk orang lain dan untuk kita semprot di depan wajahnya. Ikut ta'lim itu karena kita ingin memperbaiki diri, bukan karena ingin memperbaiki kelompok lain.

Komentar

Postingan Populer